Saturday, October 30, 2010

My Dizzy Exam

Ada kalanya sakit kepala kronis bisa sembuh tanpa obat. Dan itulah apa yang terjadi dengan gue saat ini. Ujian blok 10 selesai dan sakit kepala gue tiba-tiba sembuh. Hohoho, selamat tinggal begadang, selamat tinggal capucino pahit, selamat tinggal suara-suara aneh di tengah malam yang setia menemani gue belajar selama seminggu yang freak ini. Semua sudah selesai. Saatnya kembali hidup normal. Tidur disaat orang lain tidur, dan ga belajar disaat orang lain  belajar (lho?) :)
Inilah hal-hal ga penting yang terjadi selama seminggu ujian. Seminggu ujian, seminggu mimisan.


Day 1 (Ujian Biologi oral : Anatomi kepala dan rahang)

Malam pertama menuju ujian, gue udah diserang godaan super berat, "Big match" antara tim sepakbola favorit gue Arsenal, melawan Manchester city. Bingung antara memilih belajar dulu, atau nonton dulu. Tapi karena penasaran, gue pun akhirnya nonton. Awalnya gue menonton sambil menghafal. Tapi pertandingannya seru sekali. Arsenal mainnya sangat bagus dan mengharuskan gue untuk menjadikan buku bacaan menjadi bantal. Lupain sejenak ujian besok dan saatnya nikmati 90 menit penuh sensasi.

Sembilan puluh menit berlalu, Arsenal pun menang meyakinkan 3-0. Dan entah mengapa mood gue tiba-tiba jadi bagus. Ngantuk gue ilang, pikiran gue segar. Badan gue hangat (yang ini sih enggak hehe). Keadaan ini jelas menguntungkan.. Gue pun jadi mampu melanjutkan belajar sampai pukul tiga pagi. Tanpa ngantuk. Ajaib pisan Arsenal ini. Sering-sering aja deh menang biar mood gue selalu bagus.

Day 2 (Ujian Biologi oral : Kelenjar Saliva)
 
Huah, sudah sejak lama berharap liliput pertama menyapa, dan baru kesampaian selasa ini, walau bentuk sapaannya, bukanlah bentuk sapaan yang gue duga akan gue terima.
Saat itu gue dan teman-teman gue lainnya baru saja keluar dan ruangan ujian. Wajah gue berseri-seri penuh semangat (karena soal ujiannya lumayan mudah), tiba-tiba gue melihat dia berjalan diantara kerumunan teman-teman yang lain. Respon alami gue adalah kaku seperti biasa. Dan lazimnya, respon dia pun begitu, tapi kali ini berbeda. Dia menyapa gue.

"Haloooo!" Sapanya.

Gue cuma mengangkat ujung bibir sedikit. Pasang tampang melongo.

"Selamat ya yang baru jadian ma anak Palembang." Sambungnya.sambil berlalu.

Gubrak!!!! Ingin rasanya gue memanggilnya dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tapi otak gue menyuruh untuk diam saja. Biarlah kenyataan yang akan bicara. Lagipula gue udah terlalu capek menjadi pemuja rahasia terus. Hhhh.
Udah saatnya pensiun menjadi pemuja rahasia.

Day 3 (Ujian Biologi oral : Morfologi Gigi dan Karies)

Mungkin ujian kali ini adalah ujian yang paling sulit. Selain jumlah soalnya yang sangat banyak, soal yang diberikan pun tidak terprediksi. Yang paling gue ingat adalah soal tentang panjang gigi molar, caninus, desidui dan permanen rata-rata. Sumpah, ga nyangka soal ini bakalan keluar. Salah satu teman gue, saking stresnya, malah bilang gini ketika ujian berlangsung.

"Zi zi!" Panggilnya.

Gue yang punya firasat si teman ini mau nanya jawaban pun langsung ngeles. "Masih banyak yang kosong ini."

"Bukan! Bukan minta jawaban."

"Jadi?"

"Minjem penggaris!."

"Buat apa?"

"Buat apalagi. Mengukur panjang gigiku lah."

Gue melengos pelan. Ga tahu apakah dia beneran serius atau bercanda. Tapi kenyataan kalo gue stress hari ini, itu memang benar. Dan bukan hanya gue, kebanyakan temen yang lainnya juga.



Day 4 (Ujian Biologi oral : Jaringan Periodontal)

Kita semua sedang ujian seperti biasa dan gue pun mendengar panggilan panggilan 30 menit sebelum ujian usai.

"Zi zi!"

Gue pun dengan hati-hati menoleh.

"No 60-68" pintanya.

Gue pun mengernyitkan kening. Berusaha mengatakan kata "APA?" tapi takut ditegur pengawas. Tapi daripada dikatain pelit, gue pun harus memberi tahu juga. Tapi gue juga mesti hati-hati jangan sampai kertas gue ditarik ma dua pengawas ujian yang sedang duduk didepan. Seisi kelas udah pada kasak kusuk. Gue belum juga menemukan timing yang pas untuk memberikan kode jawaban hingga salah satu pengawas, drg.L, tiba-tiba ngomong.

"JANGAN pandang kiri kanan. Perhatikan aja soal kalian itu."

Sebagian diam, sebagian lagi ga peduli dan tetap aja kasak kusuk meminta pertolongan sana-sini.

"Daripada kalian lihat kiri kanan, lebih bagus kalian lihat drg.A ini. Wajahnya kan lumayan."

Sebagian mahasiswa tertawa kecil, begitu juga drg.A.

"Lihatin drg.L pun boleh, dia kan juga lumayan."

Keduanya tertawa didepan sana. Kehilangan fokus mengawasi ujian. Gue pun cepat-cepat menoleh ke teman gue dan mengucapkan mantra.

"D, E, E, E, A, B, D, C" seru gue buru-buru. Ketika melihat mata kedua pengawas didepan sudah siaga kembali, gue pun berbalik ke posisi normal.

Tiba-tiba terdengar lagi suara panggilan. Gue menoleh hati-hati.

"Ga denger zi, ulangi lagi dong...!"

Gubrak!!!!!!


Day 5 (Ujian Radiologi Dental)

Gue datang kekampus dengan headset terbenam dalam kekuping dan ketika masuk kelas, inilah pemandangan yang gue lihat.
Semua sepertinya serius sekali belajar.Sedangkan gue malah dengan ga tahu dirinya enak-enakan bersantai dengerin musik plus foto-foto pula. Ini guenya yang terlalu santai atau merekanya yang terlalu serius? Jawaban yang tepat adalah, guenya yang ga waras. Hoho.

Day 6 (Ujian Biologi oral : Mukosa Mulut dan Sistem Stomatognasi)

Kalau orang lain semakin ujian akan berakhir belajarnya makin giat, gue malah kebalikannya. Udah menjelang pukul 12 malam. Sama sekali belum ada menyentuh bahan bacaan untuk ujian besok. Hebat, dan bukannya segera belajar, gue malah memutuskan tidur dengan menyetel alarm untuk berbunyi pada jam 1 pagi. Mungkin karena kurang tidur, kepala gue pusing teramat sangat. Gue pun tidur, dan alarm pun berbunyi. Tetapi suhu malam mengajak gue untuk tidur lagi, dan menyetel alarm jam 2. Kemudian gue terbangun oleh alarm jam 2, masih mengantuk, tidur lagi dengan alarm yang akan berbunyi jam 3. Begitu seterusnya hingga akhirnya gue baru benar-benar bisa bangun pukul 5 pagi. Gue belajar secukupnya kemudian shalat subuh dengan doa utama "Semoga ujian hari ini soalnya mudah-mudah." hahaha.
Dan doa orang-orang tengil ternyata kurang manjur, soal yang diberi ternyata lumayan susah. (susah karena guenya aja yang ga tahu hehehe). Maximal gue cuma jawab setengah dan memutuskan diri untuk pasrah saja sebelum tiba-tiba temen cewek gue yang duduk di samping, yang pintar, dan yang baru kali ini berinteraksi ma gue selama ujian blok 10, mengatakan sesuatu:

"Mau nanya no berapa zi?"

"hah?" Gue agak bingung tiba-tiba ditanyai seperti itu.

"Iya, no berapa yang belum keisi?" Tanyanya. Dari raut wajahnya gue udah bisa menduga kalau dia udah selesai mengerjakan ujiannya.

"Oh, " Gue merasa keberuntungan mendekat. Lima menit kemudian, lembar jawaban ujian gue terisi penuh.
Lagi-lagi gue diselamatkan oleh keajaiban.

Wahai teman-teman sekalian, walau ga sering, percayalah, keajaiban itu ada. Hohoho :)

***

Wah, ujian udah selesai, tapi senin depan udah masuk blok 11. Singkat bener waku istirahatnya (protes!) haha. Tapi ga apa-apa juga deh. Biar cepat tamatnya.
Dan satu lagi, buat yang namanya berinisial "A" dengan nama panggilan berinisal "R" terimakasih ya udah membuat gue jadi semangat nulis lagi. Terima kasih juga sms-smsnya. Lucu-lucu dan selalu sukses membuat gue bersemangat untuk menuliskan sesuatu.
Dalam waktu dekat ini gue pasti akan menulis tentang kamu.

Keep reading on this space ok!

Mari mencari keajaiban-keajaiban yang lain.