Wednesday, November 24, 2010

There's one dream, only i can provide!

Ini terjadi di siang hari, di sebuah festival budaya jepang, di bibir sebuah panggung akustik, tempat dimana seorang musisi jalanan menyanyikan lagu pop manis yang bercerita tentang warna warni kehidupan, menoleh kesamping melihat sosok wanita cantik, berpandangan sejenak, dan tiba-tiba dia melemparkan senyum seperti ini

Tolong matanya dibuka sedikit

Yap! Itulah salah satu scene dalam film Detroit Metal City yang gue tonton kemarin malam dan wanita diatas adalah  aktris jepang pertama yang membuat gue jatuh suka (bukan cinta) pada pandangan pertama. Meet the Rosa Kato-san. Idola baru gue.

Photobucket

Ngomong-ngomong tentang Detroit Metal City. Gue terkesan dengan film ini. Biasanya film yang diangkat dari sebuah manga selalu mengecewakan jika diangkat kedalam versi live action. (contohnya saja, Death note, Dragon Ball, atau bahkan 20th century boys). Tetapi Detroit Metal City tidak demikian. Bukan hanya nuansa komikalnya yang berhasil diadaptasi dengan sangat baik, melainkan juga akting tokoh utamanya Soichi Negishi (diperankan oleh Matsuyama Kenichi, yang juga memerankan L dalam trilogi DeathNote) yang total abis. Sanggup memerankan soichi yang culun sebagai "banci berambut jamur" dan Johannes Krauser II tanpa cela. Yang juga perlu diacungi jempol adalah keberhasilan sutradara mengganti humor kasar dan vulgar dalam manga menjadi humor sopan tetapi tetap lucu. Salut deh, dimana sekarang kebanyakan film komedi selalu mengedepankan humor vulgar dan slapstick sebagai senjata utama dalam memancing tawa. Katanya di jepang sana film ini udah mendapat titel box office. Ga heran , ceritanya  memang beneran menghibur gue yang lagi stuck. Huahaaha curcol deh :p

Ini adalah salah satu scene favorit gue, ketika Shoici bertemu Aikawa (diperankan oleh Rosa kato) teman satu angkatannya dulu. Disinilah awal cinta (dan kekonyolan) bermula.

Film Detroit Metal City bercerita tentang seorang remaja desa bernama Soichi Negishi yang punya mimpi menjadi seorang penyanyi yang mampu memberikan warna kehidupan bagi orang-orang (mungkin maksudnya adalah seorang penyanyi pop ceria). Untuk memenuhi mimpinya itu, diapun berangkat ke Tokyo dengan menjadikan kata-kata "no music, no dreeam" sebagai slogan mimpinya. Hanya saja, kebanyakan orang menganggap musik yang dimainkan soichi adalah sampah dan kacau Tiap kali Soichi bernyanyi ,yang menonton hanya seekor anjing (T.T). Dan oleh karena keluguan Soichi, tanpa sengaja dia salah ikut audisi menjadi vokalis band death metal/demon metal karena melihat poster audisi yang juga menuliskan tagline "No music, No Dream". Dengan terpaksa dia harus bernyanyi demon metal (yang disetiap lagunya melantunkan kata-kata Hell, F**k, Rape, kill) dengan nama Band DMC (Detroit Metal City) bersama seorang manager wanita yang selalu mengancam akan membunuh Soichi tiap kali menolak untuk bernyanyi. Berikut kata-kata dari Soichi ketika menyadari dirinya terjebak dalam situasi yang bertentangan dengan mimpinya.

“Boku ga sitakatta no ha, Konna bando jyanai dayo….Okaaaasaaaannn!”
"Band yang gue pengen jalanin, bukan yang beginian….Emaaaakkkkk!"

Di panggung, Soichi diberi nama samaran Johannes Krauser II. Dan dengan segala keberuntungan, Johannes krauser malah memiliki penggemar fanatik (dan bodoh). Dipuja-puja sebagai idola titisan neraka. Bahkan ketika Soichi melarikan diri dari managernya dan tidak manggung dalam waktu yang lama, timbul spekulasi di kalangan para fans fanatiknya bahwa Krauser telah kembali ke Neraka. Sumpah, bagian ketika
para fansnya berspekulasi dengan alasan yang tidak masuk akal buat gue ngakak.
Johannes Krauser II dan Fansnya

Lanjut cerita, DMC pun terkenal dan Krauser dianggap menjadi legenda di jepang, di lain pihak, sang cewek pujaan, Aikawa, terang-terangan menyatakan benci dengan musik yang diusung DMC, plus kenyataan bahwa junior Soichi di universitas dulu, yang diajarkan Soichi bernyanyi, malah sukses sebagai penyanyi pop teria yang menjadi mimpinya. Tidak hanya sampai disitu, masalah paling besar justru datang dari dirinya sendiri. Pertarungan batin akibat melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya. Ironi pun terjadi, melakukan apa yang dia sukai, tetapi dibenci orang-orang, sebaliknya, melakukan sesuatu yang tidak disukainya, tetapi malah terkenal dan menjadi inspirasi hampir seluruh penikmat musik di jepang. Dan tibalah saatnya Soichi harus memilih. Hohoho. Pilihan apakah yang akan diambilnya?. Akankah dia memilih untuk menjadi penjual tempe. Nonton sendiri aja ya. Lebih seru.:p

Berbeda dengan manganya, adegan-adegan tak senonoh dan kata-kata brutal dihilangkan dalam film ini plus adegan dramanya mendapat porsi yang lebih. Dan hampir selalu, tiap kali ada adegan drama, disitu jugalah terjadi kelucuan-kelucuan yang baru. Banyak tingkah konyol soichi di sepanjang film yang akan mengocok perut.

Yah, Secara keseluruhan, film ini bercerita tentang bagaimana memperjuangkan sebuah mimpi , bahkan ketika mimpi itu seperti tidak mungkin untuk diperjuangkan, dengan balutan humor yang komikal. Klise sih sebenarnya tema yang diambil, tetapi tetap aja unik karena sudut pandang cerita yang diambil dari seorang vokalis grup musik setan yang absurd, yang punya mimpi dalam hidupnya. Kasi empat bintang deh buat film DMC.

Ngomong-ngomong tentang mimpi, gue punya mimpi kayak gitu ga yah? Wah, pertanyaan susah. :)
Apakah "menjadi orang bahagia" bisa disebut sebagai Impian?

Buat yang penasaran ma film DMC, ini ada trailernya. Ada senyum Rosa Kato juga lo huhuhu (mesem-mesem :x>)




My Last-November Playlist

1.Tell me where you are-Hit the lights

Baru-baru ini gue malah nemu band baru yang bagus dan selera kembali ke pop rock. Mungkin udah waktunya mengUpgrade semangat lagi. Waiting for my Holiday to come :)

Photobucket

2.Sky chord-Tsuji Shion

lagu yang jadi endingnya bleach ke-18 yang judulnya sky chord ini sangat cocok didengarkan sebelum tidur. Punya efek menenangkan dan suara instrumen yang minimalis untuk sebuah vokal cewek yang nge-rock. Sangat direkomendasikan buat yang suka soundtrack anime. Pas banget buat jadi lagu penutup.

Photobucket