Monday, January 17, 2011

Don't Be Superhero (Kick-Ass Movie Review)

Sama seperti jutaan anak lainnya di seluruh dunia, cerita tentang superhero seperti Superman, Batman, Spiderman, Ksatria Baja Hitam, atau Power Rangers merupakan tontonan favorit saya di masa kecil. Yang mungkin agak membedakan saya dengan anak lain, yaitu kegemaran saya melihat episode dimana Superhero tersebut mengalami kesulitan melawan para penjahat atau mengalami kekalahan. Saya termasuk dari sedikit anak yang mempertanyakan mengapa superhero selalu menang dan penjahat selalu kalah. Bukankah itu membosankan? Bahkan ketika saya beranjak dewasa dan film-film superhero tersebut diangkat ke layar lebar dan menjadi film yang ‘lebih’ serius, formula superhero selalu ‘lebih unggul’ dari para penjahat masih terus saja diulang hingga gue menonton film Kick-Ass. Film yang membawa pesan bahwa menjadi superhero itu tidak selamanya keren dan menyenangkan.


Genre: Action, Comedy, Drama, Brutal, 18+
Cast: Aaron Johnson, Nicholas Cage, Chloe Moretz, Mark Strong, Christopher Mintz.
Rating (Personal): 8/10

Kick Ass merupakan film dengan multiplot dimana ada tiga plot yang berjalan di sepanjang film dan ketiga plot ini akan menjadi satu kesatuan yang kompleks di tengah cerita. Plot pertama bercerita tentang Dave Lizewski (Aaron Johnson), remaja biasa dan tidak menonjol dalam hal apapun, yang memutuskan untuk menjadi superhero (bermodalkan baju selam dan sebuah pentungan) karena jenuh diperas oleh para berandalan setiap harinya. Plot kedua bercerita tentang seorang mantan polisi, Damon MacReady/Big Daddy (Nicholas Cage), yang melatih anak perempuannya Mindy MacReady/Hit girl (Chloe Moretz), yang nantinya diketahui bertujuan untuk membalaskan dendam sang ayah kepada bos bandit, Frank D’Amico (Mark Strong). Sedangkan plot ketiga bercerita tentang bos bandit itu sendiri, Frank D’Amico, yang berusaha menjauhkan anak tunggalnya, Chris D’Amico (Christopher Mintz) dari pekerjaan kotor yang ia jalankan.

Masing-masing plotnya berkembang sendiri-sendiri. Dave yang menjadi ‘Kick-Ass’superhero tanpa kekuatan super, menjadi terkenal setelah melewati rangkaian kejadian naas, Damon dan Mindy yang ternyata adalah pembunuh berkostum superhero dengan nama panggung Big Daddy dan Hit Girl, dan Frank D’Amico yang bisnis gelapnya diganggu oleh orang-orang misterius. Dalam perkembangannya plot ini akan berhubungan satu sama lain. Dibumbui oleh aksi-aksi perkelahian brutal dan berdarah, komedi yang ‘enggak’ kacangan, dan cukup banyak porsi drama.

Soal akting para pemainnya, saya secara pribadi sangat suka dengan bagaimana Aaron Johnson memerankan Kick Ass yang ragu-ragu. Bahkan ketika wajahnya ditutupi topeng, ekspresi ‘galau’ nya tetap dapat ditunjukan dengan baik melalui gerak bibir dan mata. Khusus untuk Chloe Moretz yang berperan sebagai Hit Girl, saya sangat menyukai akting tanpa ‘emosi’ nya ketika membunuh para penjahat. Ia bahkan terlihat sangat menikmati pembunuhan tersebut padahal usianya masih 11 tahun. Secara pribadi, I love Hit Girl. Wonderful, cruel, and sexy. Ga bisa ngebayangin deh gimana aktingnya pas dewasa nanti.



Secara keseluruhan, film ini layak tonton. Hanya saja, sangat tidak dianjurkan untuk ditonton bersama anak kecil karena banyaknya adegan brutal dan sadis di film ini. Beberapa bahkan dilakukan oleh anak perempuan kecil yang manis. Film ini menjadi salah satu favorit saya tahun lalu. Dan saya mempunyai tiga alasan mengapa saya suka film ini.

1.Adegan action yang ciamik. 

Untuk sebuah film yang mengandung banyak unsur komedi, adegan aksi dalam film ini bisa dibilang keren (dan cukup sadis). Lagi-lagi saya memberikan jempol untuk Chloe Moratz yang memerankan Hit Girl dengan sangat baik. Walaupun masih kecil dan tanpa background keahlian bela diri, Chloe mampu melakukan adegan perkelahian dan tembak-tembakan dengan sangat oke.
Saya sendiri sudah mulai tertarik dengan Chloe Moratz semenjak melihat aktingnya di film “500 days of summer” dan “Diary of wimpy kid Movie”. Adegan favorit saya adalah Final battle antara Hit Girl dengan Frank D’Amico dimana untuk pertama kalinya saya melihat anak perempuan yang masih kecil ditonjok wajahnya tanpa ampun. Hoho. Totally rampage.

My Hit GIRL. Awesomeee..:)
2.Ceritanya tidak gampang ditebak.

Walaupun sebenarnya jalan ceritanya cukup sederhana, tetap saja saya tidak tahu persis bagaimana film ini akan berjalan. Misalnya, ketika Kick Ass beraksi pertama kali menghentikan dua orang berandalan yang sedang mencoba merusak mobil. Karena ini termasuk film komedi, awalnya saya hanya mengira Kick Ass akan kalah dikeroyok oleh mereka berdua. Ternyata yang terjadi lebih dari itu. Kick Ass tidak hanya dikeroyok dan ditonjok. Kick Ass juga ditikam tepat dibagian perut (adegan ini benar-benar kelihatan nyata). Belum cukup sampai disitu, ketika kick ass terhuyung-huyung memmegangi perutnya yang bersimbah darah, dia tiba-tiba ditabrak mobil hingga mengakibatkan saraf-sarafnya rusak, dan beberapa bagian tubuhnya harus dipasangi metal. Kurang apalagi coba? Dan itu hanya salah satu dari beberapa scene yang tidak bisa gue tebak dengan tepat.

3.Still Human Till the end.

Tetap menjadi manusia biasa sampai akhir. Tidak ada laba-laba radioaktif yang memberikan kekuatan super atau baju besi dengan peralatan sucercanggih. Membuat film ini menjadi masuk akal. Tidak gampang atau bahkan tidak mungkin mendapatkan kekuatan super dalam sekejab. Sampai akhir film, Kick ass hanyalah seorang manusia biasa yang mencoba menjadi superhero tanpa kekuatan apa-apa, yang pada akhirnya menyadari satu fakta yang sangat penting, yaitu “Jika tidak ingin babak belur, jangan pernah menjadi superhero.”