Sunday, April 25, 2010

Feromone odyssey

Gue, seminggu yang lalu, tanpa diduga-duga, menjadi salah satu anggota kepanitiaan bakti sosial yang diadain pemerintahan mahasiswa fakultas gue. Ada begitu banyak hal menarik yang pengen banget buat gue tulis. Sayang, rutinitas kuliah dan “Dia” membuat gue kehilangan banyak memori tentang hari itu. Untunglah gue sempat menginstal pocket diary di handphone, sehingga gue sempat menulis sedikit tentang beberapa kesan dan peristiwa yang gue alami disana.
Berikut timeline gue saat berada disana (dan malah sempat dipengaruhi feromone) selama sehari semalam

17-18 APRIL 2010 : Feromone Odyssey

16.00 WIB : Kelahiran feromone (hormone pemikat) saat Rapat panitia.

Satu jam sebelum berangkat, kami sempat mengadakan rapat sebentar. Jangan Tanya gue rapatnya tentang apa, gue saat itu sibuk curi-curi pandang kearah “Dia” yang gue sebut dengan “Liliput pertama”.
Foto di badge nya bener-bener narik perhatian gue.

16.30 WIB : Badge

Diluar dugaan, badge panitianya beneran outstanding. Gue suka dan nyaman makenya. Perpaduan warnanya juga bagus. Ditambah lagi foto gue kok jadi kelihatan polos tak berdosa gitu yah hohoho. Good job dah buat yang bikin nih badge.
keren dan gratis

23.000 WIB :Smile Anger.

Ketika acara makan-makan selesai, peserta dan panitia wanita segera diantar ke penginapan. Gue yang hanya diam mengawasi tiba-tiba melihat dua orang liliput wanita sedang kepayahan mengangkat tas mereka ke mobil. Dalam hati gue berpikir, ini kesempatan untuk cari perhatian. Huahaha.
“hei, kok diam aja, bantuin kami.” Kata liliput pertama. Sedikit membentak.
Dengan senang hati gue mengambil alih tas dari tangan mereka dan memindahkannya ke dalam mobil. Biar keren, gue berusaha sok kalem, diam.
Gue sempat melihat perubahan ekspresi di wajah liliput pertama.
“nggg, maaf ya zi tadi aku pake bentak-bentak. Hehe, berat soalnya.”
Gue, lagi-lagi tersenyum sok keren. Dengan suara yang dibuat-buat gue bilang
“ga apa-apa!”
Dia tersenyum.
Gue nyengir. Pengen bilang ke dia, lagi tersenyum ataupun marah, manisnya tetep nempel.

01.00 WIB Channel

Ketika semuanya sibuk dengan kegiatannya masing-masing, gue berusaha setengah mati menghilangkan kebosanan dengan cara menonton televisi di tempat penginapan. Memakan snack, ngobrol ngalu ngidul, dan mengkhayalkan hal yang enak-enak.
Bukan Cuma gue, beberapa peserta yang lain juga kelihatan bosan. Mereka mengajak gue pergi jalan-jalan ke suatu tempat yang katanya bagus. Gue pun ngajak dua temen gue yang lain biar lebih rame.
"Kalian tahu tempatnya dimana?” Tanya Wanda kepada ketiga orang cewek yang mengajak jalan tersebut.
Mereka senyum-senyum lalu serentak bilang “Enggak hehe.” Angin malam menahan rasa jengkel ini di ubun-ubun kepala. Kami sudah terlanjur keluar dari penginapan.
Kami pun melanjutkan berjalan tanpa arah di tengah malam dimana kucing pun enggan untuk keluar. Gue tinggal menunggu upil membeku diterpa angin malam.
Ketika tiba di perempatan jalan sepi, gue minta mereka untuk berhenti sebentar. Wanda turut mencegah mereka berjalan lebih jauh dengan bercerits hantu.
Gue pikir gue bisa sedikit bernafas lega, tetapi ketika gue melihat didepan gue dua orang temen gue bermesra-mesraan, saling merangkul lengan, dan si cewek menyandarkan kepalanya ke bahu si cowok, dada gue sesak. Risih.
Ngiri gue hahaha
“Zi, tolong ambilkan remote. Aku mau ganti channel.” Kata Deri ketika melihat kemesraan mereka sudah bikin gregetan.
Sayangnya “realita” itu berbeda dengan “channel” televisi. Ucap gue dalam hati.



03.30 WIB Missing dream

Gue dan teman yang lain baru bisa tidur jam tiga malam. Mata gue udah setengah terbuka dan gue udah pengen cepat-cepat merebahkan badan. Berharap agar di dua jam ke depan, gue bisa tidur dengan nyenyak dan mimpi enak.
Awalnya proses memasuki alam mimpi berjalan dengan lancar, toh masih dua orang dalam satu kasur. Setengah jam kemudian, mata gue terbuka dan mendapati badan gue berada di pinggir kasur. Satu sentuhan lembut saja bisa membuat gue meluncur ke lantai dengan mudahnya. Susah payah gue menoleh ke belakang dan melihat jumlah orang yang berada di kasur bertambah. Di luar gue mendengar suara dengkur saling beradu.
Agaknya gue memang dilarang bermimpi untuk satu malam ini.

10.00 WIB Feromone Impact

Cuma satu hal yang gue lakuin saat bakti sosial sedang berlangsung, yaitu berusaha agar gue berada dekat dengan “liliput pertama.” Beneran deh, kadar feromone yang dia keluarkan melebihi dosis. Gue jadi gelisah gak karuan. Apalagi kalo dia dideketin temen-temen cowok ataupun senior gue yang lain, gue jadi pengen garuk-garuk tanah saking jealousnya.
Salah satu dari mereka mengeluarkan feromone dalam kadar berlebih


16.30 WIB Bridge of

Ketika acara bakti sosial selesai, kami semua refreshing sebentar di tempat pemandian bukit lawang. Tidak seperti temen-temen yang lain, gue ga ikutan mandi. Gue lebih memilih jalan-jalan di sekitar tempat wisata bersama temen gue yang juga ga ikutan mandi, fadil dan sherly. Semua orang juga tahu kalau jalan-jalan tanpa foto-foto itu ibarat sayur tanpa garam, maka kami pun meminta salah seorang pengunjung mengambil foto kami bertiga diatas jembatan.
Hasilnya? Keren! Paling tidak selain kami bertiga, ada juga temen gue yang bilang kalo foto kami bertiga itu keren. Ketika gue Tanya kenapa dia bilang keren, dia jawab kalo foto kami itu seperti poster film harry potter and the goblet of fire.
“beneran keren deh, gimana ya, si Fadil itu rambutnya diterbangin angin persis kayak Hermione, terus jilbab sherly, aaahhh. Pokoknya keren lah.”
Gue senyum puas. Yang gue bingung kenapa Fadil dibilang mirip Hermione? Gue lihat kembali poster harry potter and the goblet of fire, toh yang rambutnya diterbangkan angin kan si Daniel.
Hmmm. Fadil=Hermione. Mirip sih. Huahaha.