Tuesday, May 18, 2010

Five days to 1st Liliput feat Angel Voice

Hai semua. Berhubung Fauzi saat ini sedang sibuk dengan perjanjian Holy water agreement nya, maka kali ini gue yang ngegantiin Fauzi untuk nulis Blog. Oke, dan gue bukanlah Setan/suara negatif  yang mengambil alih akun blog dengan cara mengunci si Fauzi di toilet. Gue adalah suara positif, yang mencoba untuk menulis sebuah entry yang bermanfaat.
Apa itu suara positif? Bisa dikatakan gue itu adalah bisikan-bisikan yang memberikan efek positif kepada hati dan pikiran. Dalam ilmu filsafat, bisa juga disebut sebagai Hati nurani. Setiap orang juga pasti punya suara positif dalam dirinya. Tentunya dengan kadar yang berbeda-beda. Sering kali, jika kita sedang dilanda keputusasaan, atau sedang dilanda suatu masalah, ada suara-suara kecil didalam hati yang menyuruh kita untuk tidak menyerah, untuk terus maju, untuk terus manjalani semuanya. Nah, itulah yang disebut dengan suara positif.
Dan gue, sebagai suara positif, juga mengambil peran yang amat besar dalam proses pdkt fauzi dengan Liliput pertama beberapa hari yang lalu. Mungkin dari cerita itu, deskripsi tentang gue, suara positif, bisa dimengerti dengan lebih jelas.

*Five days To 1st Liliput*

Malam itu, Fauzi memandangi layar handphone dengan pikiran yang sudah jauh meninggalkan daratan. Niatnya adalah untuk memulai pendekatan dengan liliput pertama.

Fauzi: (bertanya-tanya dalam hati) sms ga ya? Ngg, kalo nanti ga dibalas gimana? Kalo nanti gue malah ganggu dia gimana?

Fauzi terus bertanya dalam ketidakpastian. Di saat-saat seperti inilah gue biasanya berbisik ke hatinya.

Gue (suara positif): Ga akan tahu kalo ga dicoba.

Fauzi: (menyerapi bisikan gue dan memutuskan untuk mengirim sms)
Suara positif selalu memberi sebuah optimisme.

Menit demi menit berlalu menginjak satu jam. Fauzi mulai resah. Hormonnya bergejolak.

Fauzi: (dalam hati) Benar ternyata. Ga dibalas. Arghhh. Dia memang ga suka kali ya

Sebuah tanda peringatan berbunyi. Gue pun muncul.

Gue: Pikir lagi zi, ga dibalas bukan berarti dia ga suka kan? Mungkin aja pulsanya lagi ga ada. Mungkin aja sms nya ga masuk, atau mungkin aja dia lagi belajar sekarang.
Suara positif selalu memberi sebuah kemungkinan-kemungkinan untuk menghindari sebuah pesimisme

Di hari berikutnya, atas dorongan gue, Fauzi mengirim sms yang kedua yang isinya hanya sebuah pertanyaan “kenapa semalam sms nya ga dibalas.”
Dikirim sampai tiga kali. Tidak ada sms balasan.

Gue: Tahu enggak, biasanya laki-laki bisa dibilang keren jika tidak menyerah terlalu cepat.

Suara positif selalu memprovokasi untuk menghindari keputusasaan.


Hari ketiga, Fauzi kembali mengirim sms, siap dengan segala kemungkinan akan dibalas atau tidak. Dan ternyata, juga tidak dibalas. Fauzi kembali bingung. Baskom buat nampung air mata (dan ingus) juga belon disiapin. Itu juga kalo ada baskom yang mau.

Fauzi (berpikir dalam hati) : Berkomunikasi lewat sms aja dia enggan, gimana mau berkomunikasi langsung.
Gue, sebagai suara kebaikan langsung berbisik kalem:
“Yah, kan ada beberapa tipe cewek yang lebih terbuka kepada seorang cowok yang berani untuk pdkt secara langsung. Atas alasan “gentle”. Mungkin dia termasuk cewek yang seperti itu.”

Fauzi mengangguk mengiyakan.
“Cobalah untuk lebih berani.” Bisik gue lagi.
Suara positif selalu memberi motivasi di saat sulit.

Di hari keempat, kali ini, Fauzi tidak lagi menggunakan mediator sms. Pada kesempatan kali ini, Fauzi, mencoba untuk memulai dari yang paling dasar, MENYAPA. Dulu, sebelum rasa suka itu muncul, kegiatan menyapa dan memberi senyuman adalah hal mudah yang setiap hari dapat dilakukannya secara otomatis. Tetapi sekarang, ketika rasa suka itu telah tumbuh dan berkembang, ditambah sebuah kenyataan bahwa si liliput pertama sudah tahu tentang perasaan itu, membuat segalanya terasa berat. Rasa segan bermain di semua lini, dan grogi pun mencuat ke permukaan,
Saat itu, liliput pertama sedang duduk di bangku depan. Untuk mendapatkan kesempatan bertatap muka, maka harus pura-pura keluar kelas dulu, kemudian masuk kembali. Di saat masuk itulah muncul kesempatan untuk melihat wajahnya, dan siapa tahu, bisa bertatap muka.
Saat itu Fauzi sedang berusaha menjalankan rencananya. Tiga kali keluar masuk ruangan, tapi tak sekalipun liliput pertama menoleh. Semua cewek yang duduk di bangku depan mulai notice akan tingkah aneh Fauzi keluar masuk kelas berulang kali, maka sebelum mereka benar-benar sadar, Fauzi pun mengambil langkah nekat. Berdiri di dekat liliput pertama dan berusaha untuk menyapanya.
Lama Fauzi berdiri diam. Kata-kata yang seharusnya diucapkan seakan-akan terhapus dari memori. Lidah terasa kelu, dan adrenalin berpacu. Fauzi hanya bisa diam terpaku. Kata-kata dari mulutnya tidak bisa keluar. Hening. Dan liliput pertama, masih terlihat tekun membaca buku. Entah dia tidak sadar, atau malah memang sengaja tidak membalas pandangan itu. Fauzi mulai frustasi, dan saat itu, gue sebagai sisi baik pun langsung mengambil alih, lebih tepatnya berusaha sekuat mungkin mengambil alih pusat pemikiran dari campur tangan sisi negative.
Dengan tenang, gue berbisik ke Fauzi

“Sekarang, sebuah Keberanian. itulah yang kamu butuhkan. Kamu juga pasti berpikir kan kalau semua wanita pasti tidak mengharapkan laki-laki yang menyukainya itu adalah pengecut !”

Saat itu Fauzi hanya diam. Mengepalkan tangan. Dan berusaha mengeluarkan keberaniannya. Nyatanya, keberaniannya lenyap diredam hiruk pikuk kelas. Dengan langkah gontai dia pun meninggalkan liliput pertama.
Gue berbisik lagi:
“Menghasilkan keberanian itu perlu waktu.”
Suara positif selalu menyikapi sebuah kegagalan dengan pengertian.

Hari kelima, dalam usaha untuk mengumpulkan keberanian, dan sugesti untuk terus menepis kata menyerah, Fauzi kembali mencoba mengirim sms.
Satu jam, dua jam, belum ada balasan. Akan tetapi kini Fauzi sudah mulai pintar mengendalikan reaksi.
Gue juga udah siap untuk memberi kata-kata penenang sebelum handphone nya berbunyi.
Sms balasan dari liliput pertama.
Fauzi tersenyum lebar, Gue juga. Paling tidak, untuk kali ini gue tidak lagi sibuk menasehati dia dengan segala macam teori. Akhinya ia paham, bahwa sesederahana atau serumit apapun suatu usaha, semuanya butuh sebuah PROSES dan keberhasilan itu bergantung kepada bagaimana kita menyikapi PROSES tersebut.

Dan gue sebagai suara positif, punya tanggung jawab untuk menjadi “guide” Fauzi dalam menjalani proses tersebut sampai akhir.

Sekian dulu. Kita akan bertemu lagi jika Fauzi sedang sibuk dengan pekerjaannya yang lain.
Jangan lupa gosok gigi sesudah minum capucino. iNgat.
Bubye ^_^