Dua hari ke depan, akan ada diskusi kelompok lagi. Dua hari ke depan juga, laporan diskusi sebelumnya, bakal diserahkan.
Dan aku, sama sekali belum ada persiapan untuk dua hari kedepan itu.
***
“Aneh ya zi.” Begitu kata temen kampusku. Saat itu kami sedang berada di laboratorium patologi klinik.
“Apaan yang aneh?” Tanyaku pelan. Suara-suara sekecil apapun bisa menimbulkan masalah. Pembimbing praktikumnya lagi kesal karena tidak satupun dari kami yang membaca buku penuntun praktikum yang harganya mahal itu.
“Itu lo, kamu begitu seringnya cerita tentang ‘liliput pertama’ di blog. Tentang bagaimana kamu bertemu, menyapa, PDKT."
“Yang aneh dimananya?”
“Aneh, karena aku sama sekali belum pernah lihat apa yang kamu ceritakan di blog itu.”
Diam sejenak. Aku hanya mencoba memilih kata-kata yang tepat.
“Ya kalau itu sih. Karena tiap kali aku dekat dengan ‘dia’, entah kenapa orang-orang jadi banyak yang mengalami gangguan tenggorokan.”
“Gangguan tenggorokan?” Tanyanya heran.
“Iya, seperti eheemm..eheeem atau uhuuk..uhuuk.”
“Haha, salah kamu sendiri sih. Heboh.”
“Maksudnya heboh?”
“Heboh, cerita segalanya di blog sampe semua orang tahu. Walaupun pake nama samaran. Tetep ajah.”
Heboh itu adalah salah satu kata yang membuatku alergi.
“Apa sebaiknya aku berhenti cerita saja?”
Dia tidak menjawab. Mungkin tidak ingin menjawab.
Tapi bukannya itu bagus. Dengan begitu kan aku terpaksa membuat keputusan sendiri.
Katanya, seorang anak laki-laki bisa bertambah kedewasaanya jika sudah berani membuat keputusan.
***
Aku bangun sahur dengan perasaan tidak karuan. Kesal mendengar bunyi alarm. Dan dengan mata tertutup mencoba meraba tombol off nya. Tapi sekalipun alarm itu sudah mati, ajakan untuk bangun terus memukul-mukul kepalaku. Mungkin karena weker itu adalah bentuk dari pemberian yang tulus.
Aku berusaha bangun. Duduk di pinggiran kasur dan memandang cermin lemari di depan. Mata separuh terbuka. Rambut acak-acakan. Dan aku tidak melihat bayanganku di cermin. Aku pejamkan mata dan membukanya lagi lebar-lebar. Terlihat anak laki-laki dengan rambut super kusut..
Sama seperti rambut itu, hidupku juga tak kalah kusutnya.
Aku butuh sisi baik untuk membantuku merapikan hidup ini.
Aku menamainya, Aries.
|
|
---|