Gue bangun pagi dengan mendapati keramaian di Rumah seberang jalan di depan rumah gue. Kata mereka dia kecelakaan hingga wafat, dan dia adalah tetangga sekaligus temen SD gue.
Satu hal yang gue ingat: Umur siapa yang tahu. Baru saja sore kemarin gue ngeliat dia bersihin motor nya didepan rumah, terlihat sehat-sehat saja dengan tubuhnya yang berotot (yang kadang sering membuat gue iri), dan sekarang sudah membeku tanpa arti.
Segala sesuatu begitu cepat berubah. Begitu juga waktu. Berapa lama lagi waktu yang gue punya didunia ini? Gue terus berpikir sambil melangkah ke kamar mandi.
Tentu jawabannya ga akan pernah gue temukan dimanapun.
Selesai mandi, gue pun pergi menghadiri pemakamannya bareng temen-temen gue yang lain. Begitu banyak orang yang hadir, sehingga halaman rumah gue pun ikut dijadikan tempat parker buat para pelayat.
Gue jadi mikir, apakah kalo gue yang meninggal, orang yang datang seramai ini? Apakah tetangga dan temen yang peduli juga sebanyak ini? Gue udah lupa kapan terkahir gue shalat di mesjid, menghadiri perwiritan, ikut gotong royong. Mungkin semenjak gue masuk kuliah, disibukan dengan segala macam tugas, pulang sore, gue jadi banyak kehilangan waktu untuk bersosialisasi.
Dan ini bukan hal yang baik.
Hal kedua yang gue ingat lagi: Sudah terlalu lama gue melupakan lingkungan gue.
Dan sepertinya Lingkungan juga sudah melupakan gue.
Dan ini juga bukan keadaan yang baik.
Untung saja keadaan berbeda dengan takdir.
Takdir tidak akan bisa diubah.
Tetapi keadaan bisa.
|
|
---|