Saya (Fauzi dari tahun 2023): “Mestinya rambut itu kamu rapikan sedikit.” (sambil tersenyum)
Dia (Fauzi di tahun 2010): (memegang rambutnya dan memandang saya dengan tatapan jengkel)
Saya: “Cewek itu suka yang rapi.”
Tentu saja, saya menulis dialog seperti itu tak lebih hanya berdasarkan imajinasi. Tapi siapa sangka, hanya selang empat bulan dari ketika saya menulis post itu, saya akhirnya benar-benar bertemu dengan seorang wanita yang benar-benar menjadikan kerapian sebagai bagian penting dari hidupnya.
Wanita itu, satu kampus dengan saya. Dan beberapa hari yang lalu, kami sempat ngobrol.
Saya: "Tolong dong, colokin kabel laptop ini ke situ." (sambil menyerahkan gulungan kabel charger laptop ke dia)
Dia(Wanita yang suka akan kerapian): "Ih, kabelnya kok gitu sih?"
Saya: (bingung) "emang kenapa kabelnya?" (sambil mengamati apakah ada bagian kabel yang sobek atau apa)
Dia: "Itu lo kabelnya, kok kayak gitu gulungannya."
Saya: Ini? (sambil mengangkat gulungan kabel yang memang agak berantakan)
Dia: "Iya. Coba sini kabelnya!"
Kemudian dia pun merapikan gulungan kabel yang tidak karuan itu. Setelah selesai dia memberikan kabel itu lagi ke saya, dan memang, gulungan kabel itu terlihat lebih rapi.
Dia: "Begini kan lebih baik."
Saya hanya menghela nafas. Kemudian kami melanjutkan obrolan kami. Dan ditengah obrolan, muncul lagi sesuatu yang harus saya ketahui tentang bagaimana pandangan wanita tentang kerapian.
Dia: "Jadi si A itu, orangnya rapi banget lo. Sampe-sampe bekas setrikaan di bajunya ga kelihatan lagi."
Saya: (melihat ke arah baju saya, yang walaupun udah disetrika, tetap saja kelihatan kusut)
Sekali lagi saya cuma bisa nyengir.
Dia: "kenapa nyengir?"
Saya: "Kamu suka sekali dengan kerapian ya?"
Dia: "Suka sekali."
Saya: "Kalau begitu, mungkin kamu akan pingsan melihat kamar saya."
Dia hanya tertawa. Mungkin karena kata-kata terakhir saya itu. Mungkin juga karena menertawai hidup saya yang tidak rapi.